Senin, 30 April 2012


3.1.PENGUKURAN KUANTITAS UDARA

Volume / debit  dari udara (Q) yang melalui titik tertentu pada saluran udara atau pipa tiap detik didefinisikan sebagai hasil perkalian antara besar kecepatan rata-rata aliran udara (V) dengan luas penampang dari saluran udara atau pipa (A).
Q = V x A
Sebagian besar teknik observasi aliran udara sekarang ini merupakan penggabungan antara metode yang ada untuk pengukuran kecepatan rata-rata dan luas penampang. Berikut ini merupakan alat-alat yang biasa digunakan untuk pengukuran kuantitas udara.

3.2.1.    Rotating Vane Anemometers
Sebagian besar  pengukuran kecepatan udara di bawah tanah didapatkan dari rotating van (tipe kincir angin) anemometer. Ketika diarahkan pada aliran udara yang bergerak, udara yang melewati alat mengberikan gaya terhadap kipas, menyebabkan kipas berputar dengan kecepatan angular yang sesuai dengan kecepatan udara. Mekanisme tersebut menggerakan jarum pada skala ukur dalam meter (atau feet) atau bias juga pada pencatat digital.

Gambar 3.1. Rotating Vane Anemometer


Alat ini biasanya dipasangkan dengan stopwatch untuk menunjukan berapa meter udara yang telah melewati anemometer selama waktu tertentu. Digital vane anemometer menunjukan secar langsung pada odometer atau merubah sinyal elektronik menjadi system pengumpul data. Alat yang lebih modern dapat juga dilengkapi dengan microprocessor.
Unduk mendapatkan pengukuran yang dapat diandalkan dari kecepatan rata-rata udara di bawah tanah, sangat penting untuk menyertakan teknik penggunaan anemometer. Prosedur yang ada telah berkembang berdasarkan dari beberapa percobaan dan pengalaman dilapangan.

3.2.2.    Moving Traverses
Untuk metode pengukuran ini, anemometer harus di pasang pada tongkat, dengan panjang minimum 1,5 m atau lebih untuk jalur udara yang tinggi. Proses pemasangan harus bisa membuat anemometer tergantung vertical atau berada pada sudut konstan dengan memperhitungkan posisi tongkat. Rotating vane anemometer tidak terlalu sensitive terhadap goncangan dan akan memberikan perubahan hasil yang tidak lebih dari 5% dari perubahan sudut sampai dengan 30o dari arah aliran udara. Oleh karena itu untuk sebagian besar jalur udara bawah tanah membiarkan anemometer tergantung bebas pada ujung tongkat. Untuk jalur udara yang inclinasinya lebih dari 30o, anemometer harus dipasang pada posisi yang relatif tetap terhadap tongkat dan disesuaikan dengan memutar tongkat ketika melakukan traverse agar alat tetap sejajar dengan sumbu longitudinal jalur udara
Pengukur harus menghadap ke aliran udara memegang tongkat anemometer di depannya sehingga dial dapat terlihat dan sekurangnya 1,5 m dari bagian atas badannya. Untuk memulai traverse, alat harus dipegang pada sudut atas atau bawah dari jalur udara, dengan pointer menunjukan angka nol, hingga kipas berputar dengan kecepatan konstan. Pengukur pertama harus dapat menjangkau tuas pengontrol dan pengukur kedua dengan stopwatch menghitung mundur dari lima. Ketika nol, anemometer diaktifkan dan stopwatch dijalankan.
Jalur traverse harus seperti pada gambar 3.2. Tujuannya agar traverse anemometer berada pada kecepatan konstan tidak lebih dari 15% dari kecepatan udara. Idealnya, bagian yang sama dari jalur udara pada lubang bukaan ditempuh dalam waktu yang sama. Waktu yang dibutuhkan sekitar 60 detik. Lima detik terakhir pengukur kedua harus menghitung mundur agar pengukur pertama dapat menstop anemometer pada saat waktu habis. Angka yang ditunjukan anemometer langsung baca dan di catat, lalu alat direset ke nol.
Gambar 3.2. Jalur Pergerakan Traverse Anemometer


Prosedur di ulang, traverse dilakukan dengan arah sebaliknya. Traverses harus diulang sampai tiga kali pembacaan yang perbedaannya antara 5%. Pada kondisi stabil yang mendukung, pengukur yang berpengalaman hasil pengulangan pengukurannya perbedaannya hanya 2%.
Buku pencatatan anemometer harus tahan air dan dibuat agar tiap halaman memiliki segmen untuk
1.      Nama Pengukur
2.      Lokasi pengukuran, waktu, tanggal
3.      Hasil pembacaan anemometer dan koreksi
4.      Sketsa lubang bukaan
5.      Perhitungan Luas
6.      Perhitungan Volume aliran udara
Pencatatn biasanya dilakukan oleh orang yang memegang stopwatch. Untuk tiap traverse, pembacaan anemometer dibagi berdasarkan waktu yang berhubungan untuk mendapatkan kecepatan udara. Rata-rata dari tiap pengukuran dengan mengabaikan nilai diluar toleransi 5%, memberikan nilai kecepatan rata-rata. Anemometer Traverses bisa juga digunakan pada pipa, tetapi hanya bisa digunakan pada pipa yang diameternya enam kali lebih besar dari diameter anemometer.



3.2.3.    Fixed Point Measurement
Estimasi aliran udara pada pipa didapatkan dengan memegang anemometer di tengah-tengah pipa dan melakukan koreksi pengukuran berkali-kali dengan factor koreksi 0,8. Teknik yang sama dapat digunakan untuk pengecekan rutin pada lokasi-lokasi pengakuran di jalur udara. Pembacaan yang didapatkan dari anemometer statis yang lokasi yang telah diketahui pada lubang bukaan pada mulanya harus dibandingkan dengan hasil pengukuran yang didapat dari traverse untuk mendapat factor koreksi “fixed point” untuk lokasi tersebut. Biasanya berkisar antara 0,75 – 0,8 untuk lokasi pengukuran setengah atau duapertiga dari tinggi lubang bukaan. Pengukuran berikutnya hanya membaca anemometer pada lokasi tertentu dan dilakukan kalibrasi dengan koreksi fixed point.

3.2.4.    Density Correction
Untuk pekerjaan yang lebih teliti, hasil pembacaan anemometer dikoreksi lebih lanjut untuk beberapa variasi density udara
Dimana:
v     =   Kecepatan setelah koreksi
vi     =   Kecepatan awal
Cc     =   Koreksi dari kurva/grafik kalibrasi alat
ρc    =   density udara saat kalibrasi
ρm   =   density udara sebenarnya saat pengukuran
Berdasarkan persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa penyesuaiaan density  efektif hanya pada koreksi kalibrasi dan diabaikan dalam banyak kasus.

3.2.5.    Swinging Vane Anemometer (Velometer)
Dalam banyak bentuk dasar, Swinging Vane Anemometer (Velometer) merupakan hinged vane yang berpindah terhadap pegas dari posisinya oleh pergerakn arus udara. Dihubungkan kepada pointer yang langsung menunjukan kecepatan udara. Udara memasuki lubang pada sisi alat. Lubang ini dapat diisi dengan pertukaran antara orifices atau probes untuk mendapatkan range kecepatan yang bisa diukur.

3.2.6.    Vortex-shedding Anemometer
Untuk system monitoring terus menerus, rotating vane dan swinging vane dengan keluaran elektrik digunakan secara bersama-sama. Namun keduanya memerlukan kalibrasi secara berkala ketika digunakan dalam tambang. Untuk itulah Vortex-shedding Anemometer lebih sering digunakan karena alat ini tidak memiliki bagian yang bergerak.
Pada Vortex-shedding Anemometer, vortices bisa terdeteksi akibat perubahan tekanan atau variasi density udara yang dihasilkan. Kekurangannya jika di tempatkan pada lokasi tertentu di dalam tanah dengan tujuan monitoring, harus dilakukan kalibrasi untuk lokasi tersebut. Selain itu membutuhkan juga electronic damping untuk mengeliminasi sinyal akibat kendaraan lewat.

3.2.7.    Smoke Tubes
Smoke Tubes mungkin merupakan teknik yang paling simple untuk mengetahui aliran udara dan digunakan untuk kecepatan yang sangat rendah. Getaran udara akibat pompa karet melalui tabung kaca yang berisi butiran titanium tetrachloride atau anhydrous tin yang berpori akan menghasilkan asap putih. Seorang menggunakan smoke tube pada satu titik dan pada titik yang lain seorang mengukur waktu yang dibuthkan untuk menempuh jarak antara dua titik tersebut dengan menggunakan stopwatch. Harus disesuaikan dengan factor koreksi 0,8 atau untuk lebih akurat dapat dihitung dengan bilangan Reynold’s. Dispersi dari asap biasanya menyulitkan untuk menentukan kapan harus menstop stopwatch. Smoke tubes biasanya digunakan sebagai pilihan terakhir untuk arus udara berkecepatan rendah.

  

Gambar 3.3. Smoke Tube



3.2.8.    Pitot-static Tube
Alat ini terdiri dari dua tabung konsentis seperti pada gambar 3.4. Ketika berhadapan langsung dengan aliran udara, tabung bagian dalam menunjukan tekanan total dari pergerakan arus udara, pt.

Gambar 3.4. Pitot-static Tube


Tabung bagian luar ditembus oleh lubang kecil pada sudut yang tepat pada sisi yang pendek sehingga tegak lurus dengan aliran udara. Tabung ini tidak terpengaruh oleh energy kinetic dari arus udara dan menunjukan tekanan statis ps. Alat pengukur tekanan atau manometer dihubungkan melalui kedua lubang akan menunjukan perbedaan antara tekanan total dan tekanan static, sehingga tekanan velocity
pv = pt - ps
Dengan demikian Head Velocity merupakan kecepatan dari aliran udara sebenarnya (v).
Dimana ρ = density udara sebenarnya
Pitot-static tubes modern menunjukan tekanan total, static dan velocity dari aliran utara dengan lebih akurat. Sayangnya ketepatan pengukuran tergantung dari manometer atau pengukur tekanan yang terhubung pada alat ini. Salah satu kesulitan dalam penggunaan alat ini adalah adanya arus udara turbulen sehingga pembacaan akan naik turun.

3.2.9.    Fixed Point Traverses
Method of Equal Areas, Pada metode ini cross-section dari pipa atau jalur udara dibagi menjadi beberapa subsections dengan luas yang sama. Gambar 3.5. menunjukan bukaan persegi yang dibagi menjadi 25 area yang sama. Dengan menggunakan pitot-static tube atau anemometer, kecepatan di tengah tiap bagian di ukur. Kecepatan rata-ratanya didapat dari merata-ratakan kecepatan dari tiapa-tiap subsections.
Untuk mendapat hasil yang baik pertama-tama, jika menggunakan pitot-static tube kecepatan dari tiap-tiap subsections harus dihitung terlebih dahulu. Merata-ratakan velocity pressure sebelum menggunakan rumus  tidak akan memberikan hasil kecepatan rata-rata yang sebenarnya. Kedua, gradient kecepatan berubah drastis di dekat dinding. Oleh karena itu pengukuran akan lebih baik dilakukan dekat dengan dinding, terutama pada bagian sudut. Ketiga, jumlah dari subsections harus ditambah sesuai dengan ukuran lubang bukaan untuk meningkatkan akuasinya
Gambar 3.5. Titik pengukuran Method of Equal Area pada bukaan persegi



Sebagai petunjuk, rekomendasi jumlah tituk (n), untuk bukaan persegi dapat dihitung dengan :
+23
Di mana
e      =   exponensial exponent, (2,7183)
A     =   Luas lubang bukaan (m2)
Estimasi jumlah titik dapat dibulatkan ke jumlah yang memungkinkan untuk membagi luabang bukaan menjadi beberapa subsections yang sama tetapi tidak akan kurang dari 24. Pada bukaan yang berbentuk lingkaran, lingkaran dibagi menjadi annuli dengan luas yang sama seperti pada gambar 3.6. Jumlah titik pengukuran untuk tiap diameter dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jumlah Titik Pengukuran Untuk Tiap Diameter
Diameter Pipa (m)
<1,25
1,25-2,5
>2,5
Jumlah titik
6
8
12

Lokasi titik di tengah area dari annulus yang sesuai pada tiap diameter dan bisa dihitung dengan:
Di mana :
r      =   jari-jari titik dari pusat lingkaran
n     =   jumlah titik yang dihitung dari pusat lingkaran
D     =   diameter pipa (m)
N     = jumalah titik bersilangan pada diameter

Gambar 3.6. Titik pengukuran Methodof Equal Area pada bukaan lingkaran



3.2.10.               Hot Body Anemometers
Pada hot wire anemometre, element kawat di tempatkan dalam bukaan kecil pada ujung tabung untuk menunjukan arah penyimpangan dari alat. Element dibentuk oleh sebuah wheatstone bridge circuit. Pada sebagian besar hot wire anemometer, suhu dari element dijaga konstan dengan merubah arus listrik yang melaluinya ketika kecepatan udara berubah. Pada model yang lain, arus listrik yang dijaga konstan dan suhu dari elemen di monitoring. Untuk hasil yang lebi akurat harus dikoreksi dengan density udara.
v = vi
rc
rm

Di mana :
v     =   kecepatan udara sebenarnya
vi     =   kecepatan udara yang terukur
rc     =   kalibrasi density udara (biasanya 1,2 kg/m3)
rm    =   density udara pada saat pengukuran
Hot wire anemometers digunakan untuk kecepatan rendah  sampai 0,1 m/s. Jika Hot wire anemometer akan digunakan pada tambang yang kandungan gasnya tinggi harus di cek terlebih dahulu kemungkinan terjadinya ledakan.

3.2.11.               Tracer Gases
Metode ini digunakan pada situasi yang sulit, seperti kebocoran aliran melalui waste area, main shaft dan daerah lain yang kecepatan aliran udaranya tinggi dan turbulen. Hydorgen, Nirous oxide, Carbon dioxide, ozone, radioactive krypton 85 dan sulphur hexafluoride biasa digunakan. Gas yang digunakan harus merupakan bahan kimia yang inert.

3.2.12.               Measurement of Cross-sectional area
Sebagian besar aliran udara ditentukan dari kecepatan rata-rata dan luas lubang bukaan, akurasi dari besarnya aliran udara sebanding dengan ketepatan penentuan kecepatan rata-rata dan luas lubang bukaan.
Sampai saat ini metode yang paling sering digunakan untuk mengukur luas lubang bukaan adalah dengan menggunakan pita ukur (meteran) sebagai media pengukur jarak . Dengan demikian metode ini dapat memberikan hasil yang baik jika bukaannya memiliki geometri yang bentuk yang teratur seperti persegi atau lingkaran. Bentuk seperti busur atau trapesium dapat di lakukan dengan pendekatan model persegi, segitiga dan bagian dari lingkaran, sehingga pengukuran dengan pita ukur dapat disesuaikan untuk menghitung luas area tersebut. Untuk beberapa situasi pengukuran lubang bukaan dilakukan dengan merata-ratakan hasil pengukuran tinggi dan lebar lubang bukaan yang dilakukan setelah tiga kali pengambilan data.
Adapun teknik pengukuran luas penampang yang lebih canggih adalah offset method. Metode ini menggunakan kawat ataupun yang nantinya dibentuk menyerupai profil lubang bukaan yang terbentuk.Sehingga profil lubang bukaan tersebut dapat diukur diatas kertas grafik.
Profilometer adalah alat ukur luasan yang berupa meja datar. Meja tersebut nantinya ditempatkan pada tripod di tengah-tengah jalur udara. Untuk kemudian pengukuran dilakukan  secara mekanis ataupun secara manual dengan cara merekonstruksi lubang bukaan pada meja gambar tersebut. dengan cara menarik garis/ mengukur jarak dari dinding ke pusat papan.Akan tetapi untuk sampai saat ini metode tersebut sedah dapat dilakukan dengan peralatan pengukuran elektronik
Photgraphic Method ialah metode pengukuran luasan penampang yang dilakukan menggunakan pencitraan dari lubang bukaan dibandingkan dengan skala barang ataupun orang pada pencitraan tersebut.

3.2.PENGUKURAN TEKANAN

Tujuan utama dari pengukuran tekanan adalah untuk menentukan penurunan tekanan akibat gesekan (p), yang berhubungan dengan aliran udara (Q) yang terukur dari tiap percabangan tempat dilakukan pengukuran. Ada dua metode pengukuran. Metode yang lebih akurat adalah gauge and tube atau metode trailing hose , metode kedua adalah dengan cara memperhatikan tekanan absolute pada barometer atau altimeter pada tiap lokasi.

3.3.1.    Gauge and Tube Surveys
Gambar 3.5. menunjukan prinsip pengukuran Gauge and Tube. Pengukur tekanan dihubungkan ke tabung panjang yang sisi lainnya ditempelkan ke pengukur total head pada pitot-static tubes. Secara praktis tabung dan peralatan lain berada diantara jalur udara.
Pada prinsipnya pengukuran ini hampir sama dengan pengukuran dengan menggunakan pitot-static tube.
Di mana :
v     =   kecepatan udara (m/s)
Z     =   Tinggi diatas datum tambang (m)
g      =   percepatan gravitasi (m/s2)
V     =   volume spesifik udara (=1/r) (m3/g)
F12   =   gaya akibat gesekan (J/kg)

Gambar 3.7. Prinsip pengukuran Gauge and Tube



Jika kita asumsikan density udara antara stasiun 1 dan 2 bervariasi secara linear, maka :
P12   =   ra F12
Sehingga
P12   =   raF12 = ra
Velocity pressure (Pv)
Static pressure (Ps)= ra Z g + P, maka
p12 =   (Pv1+Ps1) – (Pv2+Ps2)
       =   Pt1 – Pt2
Di mana Pt = total pressure (Pv+Ps) pada head taping pitot ststic tube.

3.3.2.    Barometer and Altimeter Surveys
Jika tekanan static absolute terukur di kedua ujung barometer pada sebuah aliran udara dalam tanah maka akan terbaca perbedaan dari kedua tekanan tersebut, kedua tekanan tersebut akan bergantung pada :
1.      Perbedaan ketinggian antara titik kedua pengukuran
2.      Kecepatan udara yang mengalir
3.      Adanya penurunan akibat gesekan ataupun aliran udara yang terjadi diantara keduanya.
Setelah pembacaan dari barometer tersebut dang pengukuran perbedaan ketinggian dan perbedaan kecepatan diantaranya, maka dapat ditentukan penurunan tekanan akibat dari gesekan yang terjadi.

3.3.PENGUKURAN KUALITAS UDARA

Prosedur pengukuran kuantitas udara dilakukan dengan dua alasan. Pertama, menyediakan alur rata-rata dan mengkuantifikasi variasi level polutan, kedua mengetahui zona emisi gas, debu, panas dan kelembaban. Mengukur konsentrasi gas biasanya bisa didapatkan juga pada saat pengukuran tekanan-volume.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar