TEORI DASAR POMPA
3.1.
PANDANGAN
UMUM MENGENAI POMPA
Pompa adalah suatu perangkat keras yang berfungsi mengalirkan,
memindahkan, bahkan dapat pula mensirkulasikan fluida cair dengan cara menaikan
tekanan dan kecepatan melalui gerak piston (torak) atau impeller.
Gerak tarik bumi (gravitasi) menyebabkan suatu
cairan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah.
Cairan yang berada ditempat yang lebih tinggi memiliki energi potensial yang
lebih besar dari pada cairan ditempat yang lebih rendah, sehingga cairan dapat
mengalir dan apabila cairan dikedua tempat memiliki tekanan yang sama maka
cairan tidak dapat mengalir ke salah satu tempat tersebut.
Pompa adalah suatu alat yang dapat memindahkan cairan dari tempat yang
lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi atau ketempat yang mempunyai tekanan
yang sama. Pompa menambah tekanan pada cairan sehingga dapat mengatasi gaya potensial, sehingga
cairan dapat mengalir. Pompa juga disamping berfungsi sebagai tersebut diatas
juga dapat menempatkan kecepatan aliran dari cairan dan juga digunakan untuk
memindahkan lebih banyak dalam batas waktu tertentu.
Tenaga penggerak pompa biasanya adalah steam engine, gas engine, steam
turie, motor listrik dan motor bakar.
3.2
ALTERNATIF
PEMILIHAN POMPA
Dalam suatu pemilihan pompa terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi sehingga instalasi pompa dapat beroperasi secara ekonomis, aman,
dan berkesinambungan. Ditinjau dari cairan yang dialirkan, maka ada beberapa
hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Bagaimana sifat fluida atau cairan yang akan dipindahkan, yang
didalamnya
mencangkup antara lain :
-
Berat cairan per unit volume
(specific weight)
-
Kekentalan (Viskositas)
-
Gravitasi spesifik (specific
gravity)
2. Tekanan udara dan temperatur disekitar sumber cairan
3. Karater sumbernya yang meliputi antara lain :
-
Letak sumber
-
Ketinggian sumber
-
Letak penempatan pompa
3. Jumlah volume cairan yang harus dipompakan dan kecepatan aliran
cairan atau
fluida (kapasias)
4. Faktor pembebanan selama pompa bekerja, yaitu variasi rata-rata
tekanan yang
dibutuhkan
pada berbagai fungsi, waktu, atau pada saat-saat tertentu
5. Tujuan tempat cairan dipompakan antara lain :
- Jarak vertikal
-
Jarak horizontal sumber ke
penimbunan/reservoir
6. Jarak pompa ke sumber dan
ketempat yang dituju (penimbunannya/reservoir)
7. Tinggi isap, tinggi tekan, head dan termasuk tekanan hidroliknya
8. Bentuk dan harga energi yang dipergunakan didalam mengoperasikan
pompa. Jika ditinjau dari pompanya, maka hal-hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan
antara lain :
-
Bagaimana jenis pompa yang mungkin
dipergunakan
-
Bagaimana kesederhanaan desainnya
-
Apa dasar kebutuhannya, dan sampai dimana kemudahannya untuk
suatu instalasi
-
Bagaimana prinsip pengoperasiannya
dalam kondisi-kondisi khusus yang akan mungkin timbul
-
Kesiapannya untuk dipergunakan akan
memakan waktu berapa lama dan kemudaBagaimana kesederhanaan desainnya
-
Apa dasar kebutuhannya, dan sampai
dimana kemudahannya untuk suatu instalasi penggunaannya sejak distart
-
Berapa efesiensinya dan berapa
efesien komersialnya
-
Berapa harga awalnya dan berapa
harga relatif didalam penggunaannya
Hal diatas perlu diperhatikan, sebab pompa yang akan dipergunakan bertujuan mengalirkan
Slurry (campuran air dan padatan) dari permukaan yang lebih rendah ke permukaan
yang lebih tinggi (area back fill dam
menuju thiekener) maka alternatif tersebut adalah :
I. POMPA SENTRIFUGAL
Keuntungannya :
a. Berat pompa relatif lebih ringan
b. Luas ruang instalasi relatif lebih kecil
c. Biaya pembeliaan dan pemeliharan relatif ringan
d. Getaran yang terjadi saat pengoperasian relatif kecil
e. Dapat memompakan zat cair dengan kapasitas besar dan tekana yang
lebih tinggi
Kerugiannya :
a. Dalam pelaksanaan normal tidak dapat menghisap sendiri
b. Kurang sesuai untuk memompakan zat cair kental terutama pada aliran
volume yang kecil
. POMPA TORAK
Keuntungannya :
a. Dapat distart tanpa melalukan pemancingan
b. Mempunyai efesiensi lebih tinggi dari pada pompa sentrifugal
c. Dipergunakan untuk head yang lebih tinggi dan kapasitas yang
rendah.
d. Dalam keadaan operasi konstan akan membawa kapasitas yang tetap
pada tekanan yang berubah-ubah pada saluran tetap
Kerugiannya :
a. Berat atau dimensi yang cukup besar sehingga pondasi yang
digunakan harus cukup kuat
b. Tidak dapat dihubungkan langsung dengan motor penggerak sehingga
memerlukan transmisi
c. Harga relatif mahal
d. Menimbulkan suara yang lebih berisik yang diakibatkan gerak
bolak-balik
e. Rumit didalam pemeliharaan.
Setelah melihat beberapa alternatif diatas akhirnya perusahaan
(Departemen Engineering, Departemen Pemeliharaan) pada saat itu memlih pompa
jenis Sentrifugal sebagai alat bantu didalam pengiriman material Slurry. Hal
yang sangat mendasar pada pemilihan pompa tersebut adalah jauhnya jarak untuk
pengiriman slurry atau mentransfer slurrty (fiiling) dari Back Fill Dam menuju
Thiekener, sehingga diperlukan suatu pompa yang memliki nilai ekonomis dan
efesiensi yang cukup tinggi untuk dapat mengatasi hal tersebut diatas.
Sehingga pada saat itu muncul suatu usulan untuk pemasangan
pompa sentrifugal namun dipasang secara
seri, hal ini dimaksudkan untuk mengejar head dan tentunya jika dibandingkan
dengan pompa torak atau jenis lainnya masih bisa memiliki nilai efesiensi yang
lebih baik, baik dilihat dari segi biaya ataupun pemeliharaannya.
3.2
PRINSIP
KERJA POMPA SENTRIFUGAL
Pompa sentrifugal adalah pompa yang menggunakan gaya sentrifugal melalui gerakan impeller
untuk menghasilkan penambahan tekanan guna memindahkan fluida cair yang
dipompakan.
Prinsip kerja pompa sentrifugal didasarkan pada hukum kekekaalan
energi. Cairan yang masuk pompa dengan energi total tertentu mendapatkan
tambahan energi dari pompa sehingga setelah keluar dari pompa, cairan akan
mempunyai energi total yang lebih besar.
Prinsip kerja :
Secara singkat cara kerja atau prinsip kerja pompa sentrifugul
adalah mula-mula fluida cair yang akan dipindahkan dimasukan kedalam rumah
pompa dan memenuhi seluruh impeller. Oleh motor penggerak yang pada umumnya
dihubungkan langsung ke poros pompa (shaft). Impeler diputar sehingga
menghasilkan gaya
sentrifugal yang mengangkat atau memindahkan fluida cair keluar dari
bilah-bilah impeller. Bersamaan dengan dipindahkannya fluida, maka sejumlah
fluida melalui suction pipe juga terhisap ke bagian tengah impeller, dimana
tekanan dialami paling rendah, setelah masuk impeller akhirnya dipindah juga.
Perpindahan atau dipindahkannya air dari impeller biasanya diteruskan melalui
discharge pipe..
Berikut adalah skema sederhana suatu sistem pompa sentrifugal :
Sumber : Nanda,Tugas
Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal Untuk Distribusi Air Bersih Pada
Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02
m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 9
Menurut caranya merubah tenaga kinetis cairan menjadi tenaga
tekan, maka pompa sentrifugal ini dpat dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Volute Centrifugal Pump
Jenis pompa ini banyak digunakan pada industri-industri di
Amerika Serikat. Tersedia dalam instalasi vertikal atau horizontal, single atau
multistage untuk aliran yang besar. Pada jenis ini, kecepatan fluida yang
keluar dari impeller diperkecil dan tekanannya diperbesar pada saluran spriral
didalam casing. Saluran yang berbentuk spiral ini disebut volute.
Gambar 3.2. Volute Centrifugal Pump
Sumber : Nanda,Tugas
Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal
Untuk Distribusi Air Bersih Pada Rumah
Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02 m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 10
2. Diffuser Centrifugal
Pump
Banyak digunakan dalam konfigurasi unit multistage bertekanan
tinggi. Pada awalnnya mempunyai efisiensi lebih tinngi dari type volute, namun
kini berefisiensi hampir sama. Pada pompa jenis ini digunakan diffuser yang
dipasang mengelilingi impeller, guna
diffuser ini adalah untuk menurunkan kecepatan aliran yang keluar dari
impeller sehingga energi kinetis aliran dapat diubah menjadi energi tekanan
secara efisien. Diffuser ini digunakan pada pompa yang bertingkat, sehingga
diffuser ini juga berfungsi sebagai pengaruh aliran dari discaharge impeller
sebelumnya ke suction impeller berikutnya.
Gambar
3.3. Diffuser Centrifugal Pump
Sumber :
Nanda,Tugas Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal Untuk Distribusi Air
Bersih
Pada Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) =
0,02 m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal :10
3.2
KLASIFIKASI
POMPA SENTRIFUGAL
Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan menurut :
1. Bentuk desain rumah pompanya
2. Bentuk sudu atau bentuk impellernya
3. Posisi porosnya
4. Aliran cairannya
5. Jumlah Tingkatnya atau susunan tingkat
6. Cara Isapannya
3.4.1. Klasifikasi Menurut Desain Rumah Pompa
Dibedakan atas 3 ( Tiga ) type :
1. Pompa Volute, dimana rumah pompanya berbentuk spiral volute.
2. Pompa Diffuser, dimana rumah pompa terdapat diffuser yang
mengelilingi impeller
3. Pompa Volute Ganda, dimaksudkan agar beban radial pada proses
pompa tidak
besar.
3.4.2. Klasifikasi Menurut Bentuk Impeller
Dibedakan atas :
1. Impeller terbuka ( Open Type Impeller )
2. Impeller sebagian ( Semi
Open Type Impeller )
3. Impeller tertutup ( Closed Type Impeller )
3.4.3. Klasifikasi Menurut Posisi Porosnya
Dibedakan atas :
1. Pompa Horizontal,
pompa ini mempunyai poros dengan posisi
mendatar
Gambar 3.4. Pompa Horizontal
Sumber : Nanda,Tugas Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal
Untuk Distribusi Air Bersih Pada
Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02
m/s, Universitas Mercu Buana,
Jakarta , 2003,
Hal : 12
1. Pompa Vertikal, pompa ini mempunyai poros dengan posisi tegak.
Gambar 3.5. Pompa Vertikal
Sumber : Nanda,Tugas
Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal Untuk Distribusi Air Bersih Pada Rumah
Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02 m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 12
Klasifikasi Menurut Aliran Cairan
Dibedakan atas :
1. Pompa Aliran Aksial, dimana arah aliran cairan sejajar dengan
sumbu poros.
2. Pompa Aliran Radial, dimana arah aliran cairan tegak lurus sumbu
poros.
3. Pompa Aliran Campuran, dimana arah aliran tidak aksial maupun
radial.
3.4.5.
Klasifikasi Menurut Susunan Tingkat
Dibedakan atas :
1. Pompa Satu Tingkat ( Single Stage )
Pompa
ini hanya mempunyai satu impeller. Head total yang ditimbulkan hanya berasal
dari satu impeller, sehingga relatif
rendah.
Gambar 3.6. Pompa Satu Tingkat
Sumber
: Nanda,Tugas Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal Untuk Distribusi Air
Bersih
Pada Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) =
0,02 m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 13
1. Pompa Bertingkat Banyak (
Multi Stage )
Pompa
ini menggunakan beberapa impeller yang dipasang secara seri pada satu poros.
Zat cair yang keluar dari impeller pertama dimasukan ke impeller berikutnya dan
seterusnya hingga impeller terakhir. Head total pompa merupakan penjumlahan
dari head yang ditimbulkan oleh masing–masing impeller sehingga relatif tinggi.
Gambar 3.7. Pompa
Bertingkat Banyak
Sumber : Nanda,Tugas
Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal Untuk Distribusi Air Bersih Pada
Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02
m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 14
3.4.6. Klasifikasi Menurut Cara Isapan Pompa
Dibedakan atas :
1. Pompa Isapan Tunggal
Pada
pompa jenis ini, zat cair masuk dari satu sisi impeller. Konstruksi pompa
sangat sederhana, sehingga umumnya banyak dipakai. Namun tekanan yang bekerja
pada masimg-masing sisi isap tidak sama sehingga akan timbul gaya aksial yang arahnya menuju ke sisi isap.
2. Pompa Isapan Ganda
Pada
pompa jenis ini zat cair masuk melalui kedua sisi impeller tersebut dipasang
saling bertolak belakang, sehingga gaya
yang timbul akibat tekanan yang bekerja pada masing-masing sisi impeller akan
saling mengimbangi. Laju aliran total sama dengan dua kali laju aliran yang
masuk melalui masing-masing Impeller. Dibandingkan dengan pompa isapan tunggal
yang sama kapasitasnya, pompa isapan ganda mempunyai kemampuan isapan yang
lebih baik.
Gambar 3.8. Isapan
Tunggal dan Isapan Ganda
Sumber : Nanda,Tugas
Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal
Untuk Distribusi Air Bersih Pada
Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02
m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 28
3.2
TEORI
ALIRAN FLUIDA
Sangatlah penting untuk mengetahui jenis aliran pada suatu pipa
yang mengalir, apakah aliran tersebut laminar atau turbulen. Penentuan aliran
bersifat laminar atau turbulent tergantung pada kondisi pipa dan aliran.
3.5.1 Aliran Laminar.
Aliran laminar biasanya kecepatan partikel-partikelnya zat cair
pada masing –masing lintasan tidak sama. Aliran laminar ini biasanya mempunyai
kecepatan rendah. Pada aliran laminar partikel zat cair bergerak teratur dengan
membentuk lintasan kontinue dan tidak saling berpotongan. Apabila zat warna
dimasukan pada suatu titik dalam aliran maka zat warna tersebut akan mengalir
menurut garis aliran yang teratur seperti benang tanpa menjadi difusi atau
penyebaran.
.5.2 Aliran turbulent.
Partikelnya bergerak cepat, kecepatannya besar, dan biasanya
terjadi pada saluran besar. Biasanya aliran turbulent ini mempunyai kekentalan
yang kecil . Contoh aplikasi pada aliran turbulent adalah pada air laut dan
pada saluran irigasi.
Sumber : Darwin
Sebayang, Dr. Ing. Ir & Learning Development, Chapter 5 Basics
Of Hydraulic
Flow In Pipes, University
Of Technologi Tunn Husein Onn ,
Batu Pahat, Johor , Malaysia ,
2003
3.5.3 Reynold Number
Sebagai patokan apakah aliran tersebut laminar atau turbulen
dipakai suatu bilangan yang dinamakan bilangan Reynold.
Sumber : Darwin
Sebayang, Dr. Ing. Ir & Learning Development, Chapter 5 Basics
Of Hydraulic
Flow In Pipes, University
Of Technologi Tunn Husein Onn ,
Batu Pahat, Johor , Malaysia ,
2003
VD
Re=
(Pers ……….3.1)
n
V = Kecepatan rata-ratat aliran
didalam pipa (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
n = Viskosity Kinematika zat cair (m/s)
Re = Bilangan Reynold (Tdk Berdimensi)
Jika Re > 2300,
aliran bersivat laminar
Re > 4000, aliran bersivat turbulent
Re = 2300 – 4000 terdapat didaerah transisi
Dimana :
Pers. 3.2. Rumus kecepatan rata-rata
didalam pipa (m/s)
Q
ν =
(Pers ……….3.2)
p
D2
4
Atau bisa juga menggunakan :
ν = 0,849 CR0,63
. S0,54
(Pers ……….3.3)
Dimana :
ν = Kecepatan rata-rata didalam pipa
(m/s)
C =
Koefiesien seperti yang terdapat dalam tabel 3.1
R =
Jari-jari hydraulik (R = D/4, unruk pipa berpenampang lingkaran) (m)
S = Gradien
hidraulik (S = hf / L), hf = kerugian head (m)
L = Panjang
pipa (m)
3.5.4
Velocity Slurry
Velocity Slurry dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
V = Q + 1273 (Pers
……….3.4)
d2
Dimana :
V = Velocity
Slurry (m/s)
Q = Slurry
flowrate (L/det)
d = Diameter pipa
(mm)
3.5.5
Formula Durand’s
Rumus atau formula ini digunkan untuk mengetahui nilai Settling
Velocity. ditunjukan seperti terlihat dibawah ini.
VL = FL √ 2 g D (S - S1) (Pers
……….3.5.)
d2
Dimana :
VL = Velocity Slurry
(m/s)
FL = Koefisien / ketetapan
berdasarkan lampiran 1.Modified Durand’s Limiting
Settling
Velocity Parameter (For Particle Of
Widely Sizing)
d =
Diameter pipa (m)
S = SG solid
S1 = 1
3.2
HEAD
3.6.1 Head Total Pompa
Head total atau head system
pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang telah direncanakan dapat
ditentukan dari kondisi yang akan dilayani oleh pompa seperti yang
diperlihatkan dibawah ini.
Gambar 3.12. Head
Pompa I
Sumber : Sularso, Haruo Tahara, Pompa & Kompressor,
Pradnya
Paramitha, Jakarta ,
1991, Hal 27
H = ha + Dhp + hl + Vd2 / 2g (……….3.6)
Dimana
:
H = Head total pompa
(m)
ha = Head
statis total (m)
Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air
disisi keluar dan disisi isap. Tanda positip (+) dipakai apabila muka air
disisi leluar lebih tinggi dari pada sisi isap.
Dhp =
Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua pemukaan air (m)
hl = Berbagai kerugian head di pipa, katup,
belokan, sambungan dll (m)
Vd2 / 2g = Head kecepatan aliran rata-rata dititik keluar (m/s)
g = Percepatan
gravitasi (9,8 m/s2)
Namun dalam hal pompa menerima energi dari aliran disisi isapnya,
seperti pada pompa penguat (pompa booster), maka head total pompa dapat
dihitung berdasarkan rumus berikut.
Gambar 3.13. Head Pompa II
Sumber : Sularso, Haruo Tahara, Pompa & Kompressor,
Pradnya
Paramitha, Jakarta ,
1991, Hal 27
H = ha + Dhp + hl + 1 / 2g (Vd2 – Vs2)
(……….3.7)
Dimana
:
H = Head total pompa
(m)
ha = Head
statis total (m)
Head ini merupakan perbedaan tinggi antara titik A
di pipa keluar, dan sembarang titiik B disisi isap ( Lihat Gambar 3.9)
Dhp =
Perbedaan tekanan statis antara titik A dan titik B (m)
hl =
Berbagai kerugian head di pipa, katup,
belokan, sambungan, valve
dan
lain-lain antara titik A dan titik B (m)
Vd =
Kecepatan aliran rata-rata dititik A (m/s)
Vs =
Kecepatan aliran rata-rata dititik B (m/s)
Apabila permukaan air berubah-rubah dengan perbedaan yang besar, maka
head statis total harus ditentukan dengan mempertimbangkan karakteristik pompa,
besarnya selisih perubahan permukaan air dan dasar yang dipakai untuk
menentukan jumlah air yang harus di pompa
3.6.2 Head Kerugian
(Gesekan)
Head Dynamis atau Head kerugian (hl) yaitu merupakan
head untuk mengatasi kerugian-kerugian gesekan yang timbul dalam suatu pipa
dalam suatu sistem, terdiri atas head kerugian gesek didalam pipa, katup,
reducer atau belokan.
Untuk menghitung
kerugian didalam pipa pada khususnya aliran turbulen (Re > 4000) terdapat
beberapa macam rumus empiris, namun pada hal ini yang akan diketengahkan adalah
menghitung head dengan mempergunakan Rumus Hazen Williams. Rumus
ini umumnya digunakan untuk menghitung kerugian head atau kerugian gesek dalam
pipa yang relatip panjang seperti jalur pipa air minum atau lainnya.
10,666 . Q1,83
hf = x L
(……….3.8)
C1,85 D 4,85
Dimana :
hf =
Kerugian head (m)
C = Koefisien, seperti yang
diperlihatkan dalam table 3.1 Kondisi Pipa dan harga C
D = Diameter pipa (m)
Q = Laju aliran (m3/s)
L = Panjang pipa (m)
Harga (C) koefiesie, pada rumus Hazen-Williams tergantung pada
kondisi pipa, berikut ditunjukan pada
table dibawah ini.
Jenis
Pipa
|
C
|
Pipa besi
cor baru
Pipa besi
cor tua
Pipa baja
baru
Pipa baja
tua
Pipa
dengan lapisan semen
Pipa
dengan lapisan ter, arang, batu
|
130
100
120 – 130
80 – 100
130 – 140
140
|
Tabel 3.1. Kondisi pipa
dan harga C
Sumber : Sularso, Haruo Tahara, Pompa & Kompressor,
Pradnya
Paramitha, Jakarta ,
1991, Hal 30
Dimana
:
v = Kecepatan
rata-rata didalam pipa (m/s)
f = Koefisien
kerugian
g = Percepatan
grafitasi (9.8 m/s)
hf = Kerugian head
(m)
3.2
HUKUM
KESEBANGUNAN
Jika 2
buah pompa sentrifugal (pompa no.1 dan pompa no. 2) yang geometris sebangun
satu dengan yang lain, maka untuk kondisi aliran yang sebangun pula
berlaku hubungan sebagai berikut :
Q1 n1D13
= (Pers……….3.9)
Q2
n2D23
H1 n12D12
=
(Pers……….3.10)
H2 n22D22
P1 n13D15
=
(Pers……….3.11)
P2 n23D25
Dimana :
D =
Diameter impeller (m)
Q = Kapasitas
aliran (m3/s)
H = Head
total pompa (m)
P = Daya
poros pompa (kW)
n = Putaran pompa (rpm)
Indeks
1 dan indek 2 menyatakan pompa 1 dan pompa 2. Hukum diatas dinamakan “Hukum Kesebangunan Pompa”, hukum sangat
penting untuk menaksir perubahan performansi pompa bila putaran diubah. Hukum
ini juga berguna untuk memperikirakan performansi pompa yang direncakanakan
apabila pompa tersebut geometris sebangun dengan pompa yang sudah diketahui
performansinya.
3.7.1 Kecepatan Spesifik
Jika
D1 dan D2 dihilang kan
dari pers. (3.8) dan pers. (3.9) yang menyatakan Hukum Kesebangunan maka akan
diperoleh hubungan sebagai berikut :
Q11/2
Q21/2
n1 = n2 (Pers…….3.12)
H13/4 H23/4
Hubungan dalam pers (3.11) akan
berlaku pada pompa No. 1 dan No. 2 yang geometris sebangun jika aliran didalam
kedua pompa adalah sebangun satu dengan yang lain. Kondisi aliran yang sebangun
pula terjadi pada kapisitas aliran Q1 dan Q2,
head H1 dan H2,, serta putaran n1 dan n2,
untuk pompa No. 1 dan pompa No.2
Maka
berdasarkan pers (3.11) tersebut orang mendefinisikan ns yang dinamakan
“Kecepatan Spesifik” dalam persamaan.
Q1/2
ns = n
(……….3.13)
H3/4
ns dapat dipakai untuk menyatakan jens pompa, jadi jika ns suatu
pompa sudah dapat ditentukan maka bentuk impeller pompa tersebut dapat
ditentukan pula. Ada
4 (empat0 jenis impeller berdasarkan putaran spesifiknya, yaitu sebagai berikut
:
1.
ns =
(12 - 35) = impeller jenis
radial
2.
ns =
(36 - 80) = impeller jenis
francis
3.
ns =
(81 - 160) = impeller jenis
aliran campur
4.
ns =
(160 - 400) = impeller jenis
aliran aksial
3.7.1.a Impeller Jenis
Radial
Impeller
jenis ini dipakai pada pompa yang memerlukan head besar dan kapasitas rendah.
Aliran yang keluar dari impeller ditampung dalam rumah pompa (casing), selanjutnya akan mengalir ke nozel
keluar.
Gambar 3.14. Impeler Jenis Radial
Sumber : Nanda,Tugas Akhir, a Perencanaan Pompa
Sentrifugal Untuk Distribusi Air Bersih Pada Rumah Sakit Dengan Head
Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02 m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 19
3.7.1.b Impeller Jenis
Francis
Sumber : Nanda,Tugas
Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal Untuk Distribusi Air Bersih Pada
Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02
m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 19
3.7.1.c Impeller Jenis
Aliran Campur
Impeller jenis ini dipakai pada pompa yang memerlukan head dan
kapasitas yang berada diantara aksial dan radial. Rumah pompa untuk jenis
aliran campur pada umumnya menggunakan rumah difuser dengan sudu antara untuk
menampung aliran yang keluar dari impellernya
3.7.1.d Impeller Jenis
Aksial
Impeller jenis ini dipakai pompa yang memerlukan kapasitas yang
besar dengan head yang rendah. Aliran didalam pompa ini mempunyai arah aksial
atau sejajar dengan sumbu poros. Untuk mengubah head kecepatan menjadi head
tekanan dipakai sudu antar yang berfungsi sebagai diffuser.
Gambar 3.17 Impeler Jenis Aksial
Sumber : Nanda,Tugas
Akhir, Perencanaan Pompa Sentrifugal Untuk Distribusi Air Bersih Pada
Rumah Sakit Dengan Head Total (H) = 125 M Dan Kapasitas Air (Q) = 0,02
m/s,
Universitas Mercu Buana, Jakarta ,
2003, Hal : 21
3.2
PENINJAUAN
KAVITASI
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir
karena tekanan berkurang sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Dengan menguapnya
zat cair akan timbul gelembung-gelembung uap zat cair yang dapat terjadi pada
zat cair yang sedang mengalir dalam pipa atau pompa.
Tempat yang bertekanan rendah atau berkecepatan tinggi, rawan
terhadap kavitasi. Akibat dari timbul gelembung-gelembung uap air yang
bertumbukan dan pecah pada dinding secara terus menerus, maka permukaan dinding
akan berlubang-lubang. Kejadian ini akan menurunkan performa pompa, timbul
suara dan bergetar.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kavitasi adalah :
ü Menimbulkan suara yang berisik
ü Menyebabkan kejutan-kejutan dan vibrasi
ü Permukaan dinding akan termakan sehingga berlubang-lubang
3.3
MESIN
FLUIDA
Mesin fluida terbagi dua :
1. Mesin fluida yang membutuhkan daya untuk membuatl
aliran-aliran fluida, contoh :
- Pompa (dengan fluida cair)
- Kompressor (dengan fluida udara ; aksila, radial,
blower, ventilator)
2. Mesin fluida yang menghasilkan daya dari system mekanika
aliran, contoh
- Turbin
air (Pelton, Kaplan, Prancis)
- Turbin Gas
- Turbin Uap
Menurut proses pemindahan energi dan benda cair sebagian bahan
aliran maka pompa sentrIfugal termasuk mesin fluida hidraulik. Hal ini
diketahui dari proses perpindahan didalam impeller adalah akibat dari
pembelokan arus aliran fluida.
Pemakaian pompa :
1. Pemakaiaan didalam masalah ekonomi, stasiun pompa air, pompa
distribusi, pompa irigasi, pompa sumur dalam, pompa limbah.
2. Pemakaian mesin tenaga dan instalasi pemanas, pompa air pengisi ketel, pompa air pendingin, pompa untuk
memancarkan air, pompa reactor, pompa air persediaan (reservoir), pompa
pengedar air panas.
3. Pemakaian Industri kimia, petrokimia, seperti pompa pengisian, pompa pencampur, pompa jalan balik,(umtuk mengembalikan
fluida)
4. Pemakaian pada perkapalan, pompa
pengisi untuk mengosongkan atau mengisi minyak pada kapal tangker, pompa tolak
bara, pompa dok untuk mengisi dan mengosongkan.
Karateristik dan performance pompa yang akan digunakan
disesuiakan dengan fluida kerja, kapasitas pompa, ketinggian kenaikan dan
factor lainnya, dasar perencanaan ulang dari pompa sentrifugal terdapat di
berbagai aplikasi perhitungan sesuai dengan negara pembuat pompa sentrifugal
tersebut
3.9.1 Penentuan Putaran Motor
Penentuan putaran motor bias dicari dengan
mempergunakan rumus berikut
Ns = 120 x
f (Pers……….3.14)
4
Dimana :
Ns =Putaran
Motor (Rpm)
f =
Frekuensi 50 Hz atau 60 Hz
3.9.2 Penetuan Daya Motor
Untuk menentukan daya motor dapat
menggunkan rumus dibawah ini
Q x Hw x Sm (Pers.……….3.15)
1.02 x eW
Dimana :
Q = Quantity Slurry (L/det)
Hm =
Head total Pompa (m)
Sm = Specifik grafity campuran slurry (Tidak
berdimensi)
eW =
Efesiensi pompa (berdasarkan gambar 3.18 Grafik Efisiensi Standar
Pompa Sentrifugal Menurut ns)
3.9.3 Efesiensi Pompa (hp)
Efesiensi pompa standar ditunjukan
berdasarkan grafik berikut :
Gambar 3.18 GrafiK Efisiensi Standar Pompa Sentrifugal
menurut ns
Sumber : Sularso, Haruo Tahara, Pompa & Kompressor,
Pradnya
Paramitha, Jakarta ,
1991, Hal 53